Ahli Belajar Awetkan Organ Donor Lebih Lama Lewat Hibernasi Tupai

Ahli Belajar Awetkan Organ Donor Lebih Lama Lewat Hibernasi Tupai – “Dengan memahami menyesuaikan musim dingin dalam hibernasi, kita bisa jadi bisa tingkatkan serta meluaskan aplikasi hipotermia dengan induksi di era depan serta bisa jadi memanjangkan kesinambungan hidup alat saat sebelum pencangkokan,” nyata Wei Li, periset tua di National Eye Institute Retinal Neurophysiology Section dalam suatu statment.

Ahli Belajar Awetkan Organ Donor Lebih Lama Lewat Hibernasi Tupai

 Baca Juga : Otak Tupai Berpotensi Untuk Menyembuhkan Penderita Stroke

scarysquirrel – Selaku data, dikala ini alat pemberi semacam ginjal cuma bisa ditaruh tidak lebih dari 30 jam saat sebelum jaringan memburuk. Hibernasi pada Bajing Tanah Buat menekuni cara lebih lanjut hal hibernasi, periset melaksanakan riset pada bajing tanah( Ictidomys tridecemlineatus), binatang pengerat yang hidup di Amerika Utara bagian tengah.

Ilmuwan dari University of Michigan ini mengatakan sepanjang era hibernasi mereka, bajing tanah dengan cara menggemparkan merendahkan temperatur badan hingga mendekati titik dingin( nihil bagian Celsius) dan merendahkan debar jantung dari yang umumnya 200 denyut per menit jadi dekat 20 denyut per menit.

Ketika para peneliti mempelajari sel hewan itu, peneliti sangat tertarik dengan struktur sel yang disebut dengan sit0skelet0n mikr0tubulus, jaringan dari tabung kecil yang memberikan dukungan struktural ke sel dan rentan terhadap dingin. Para periset setelah itu menyamakan sel- sel bajing tanah dengan sel orang. Hasilnya, sitoskeleton mikrotubulus pada bajing tanah senantiasa utuh walaupun terserang temperatur dingin, sedangkan sitoskeleton mikrotubulus pada sel orang memburuk.

Perbandingan lain pula terbongkar dari riset ini, semacam mitokondria pada bajing tanah merespon dengan cara berlainan kepada dingin bila dibanding dengan sel orang. Dengan cara spesial sel orang menciptakan produk sambilan dari metabolisme yang diucap dengan tipe zat asam reaktif( ROS) serta tingkatan ROS yang besar ini hendak menimbulkan penghancuran mikrotubulus. Kebalikannya pada bajing tanah, tingkatan ROS senantiasa kecil.

Tidak hanya itu, sel orang mempunyai permasalahan dengan bagian yang diucap lisosom, yang menolong pengasingan kotoran di dalam sel . Sepanjang terserang paparan dingin, lisosom dalam sel orang membongkar enzim yang diucap protease, yang mengolah mikrotubulus di dekatnya. Periset setelah itu berupaya membuat sel- sel non aktif berperan semacam sel- sel hibernasi dengan memakai 2 obat.

Awal yang membatasi penciptaan ATP, senyawa yang kurangi penciptaan ROS, serta yang lain yang membatasi kegiatan protease. Mereka menciptakan kalau k0mbinasi 0bat ini menjaga bentuk mikrotubulus dalam sel dari non- inhibitor dikala sel terserang temperatur dingin.

Para peneliti membuat model hibernasi yang disebut “sajian hibernasi”. Mereka kembali mengambil sel Tupai tanah yang baru berusia 13 hari dan memprogram ulang menjadi sel induk yang dikenal sebagai sel induk berpotensi majemuk, yang dapat menjadi jaringan di dalam tubuh. Peneliti berharap dari studi yang telah dipublikasikan,

 Baca Juga : Burung Jalak Pembawa Musim Semi Dan Musim Dingin

Tupai “Dihidupkan” Kembali dengan Prosedur CPR

Cardiopulmonary Resusication( CPR) merupakan salah satu metode buat mengembalikan guna respirasi serta perputaran dampak terhentinya denyut jantung. CPR merupakan salah satu metode umumnya buat menanggulangi orang yang denyut jantungnya menyudahi tiba- tiba.

Tetapi, gimana bila CPR tidak dicoba pada orang melainkan pada Tupai? Bisa jadi perihal ini terdengar abnormal, tetapi inilah yang terjalin di Kolombia serta Amerika Sindikat. 2 akhir Tupai berlainan” dihidupkan” kembali dengan metode CPR.

Perihal ini dikenal dari 2 film yang tersebar di bumi maya. Salah satu film dari Kolombia membuktikan seseorang laki – laki yang memencet dada Tupai Andes. Tupai itu tadinya tersengat listrik.

Sehabis satu menit CPR, Tupai itu mulai bernapas lagi serta dapat berlari dengan kilat.

Di lain pihak, seseorang mahasiswa di Central Michigan University melaksanakan perihal yang serupa. Merupakan Natalie Belsito menyadarkan seekor Tupai abu- abu yang karam di kolam kampusnya.

” Debar jantung Tupai itu amat lelet,” imbuhnya.

Belsito setelah itu menggendong binatang kecil itu dengan handuk serta memencet dadanya sepanjang 5 sampai 10 menit. Sehabis metode itu, Tupai itu mulai batu berdahak menghasilkan air.

Belsito setelah itu menjemur fauna itu serta meletakkannya di atas kantung bermuatan air hangat buat meningkatkan suhunya. Kala binatang itu membaik, Belsito melepaskannya di luar serta Tupai itu lekas berlari ke atas tumbuhan.

” Meghidupkan kembail Tupai dari kematian, semacam apa hari Rabumu?” celoteh Belsito di akun twitternya. Buat dikenal, CPR memanglah dapat dicoba pada orang ataupun binatang. Tujuan CPR merupakan mendenyutkan jantung lumayan lama supaya darah beranjak serta melindungi zat asam mengalir ke alat pernapasan.

” Tantangannya merupakan, tidak semacam orang yang memiliki wujud serupa, CPR pada anjing serta kucing dapat mempunyai banyak alterasi dalam metode memencet dada mereka,” ucap Daniel J. Fletcher, guru besar penindakan kritis serta gawat di Medis Binatang Cornell University.

Fletcher yang pula membimbing kategori online CPR pada binatang mengatakan kalau metode terbaik metode ini pada Tupai merupakan memencet dada dari sisi dari langsung ke tulang dada.

Tidak hanya itu, CPR yang pula kerap diucap nafas ciptaan tidak butuh dicoba dari mulut ke mulut pada Tupai. Sebaliknya pada anjing serta kucing, perihal ini sedang dianjurkan.

Menjawab 2 vodeo itu, David Mizejewski, pakar alam di National Wildlife Federation berkata kalau film itu membuktikan perhatian orang kepada binatang buas.” Senantiasa mengharukan memandang orang yang hirau mengenai binatang buas serta mau menolong mereka kala terluka,” ucapnya.

” Aku cuma hendak menegaskan kalau amat bisa jadi binatang buas jadi terluka ataupun terbunuh kala Kamu berupaya menolong, binatang buas tidak senantiasa ketahui kalau Kamu berupaya membantunya serta dapat memunculkan gigitan beresiko ataupun catatan pada calon juru selamat mereka,” tegasnya. Dengan tutur lain, bagi Mizejewski, lebih bagus mencari dorongan dari handal.